Perjalanan hidup penuh misteri. Seperti perjalanan kita ke suatu tempat. Kalau kita mau mengamati, disana ada banyak sekali misteri yang sudah di pecahkan atau menunggu kita memecahkan. Yang sudah di ekspos, atau menunggu kita untuk mengekspos. Yang sudah di teliti atau yang menunggu kita untuk menelitinya.
Ketika kita belum menuliskannya, kita bisa mencoba untuk bernostalgia. Mencoba tuk mengingat ingat apa yang waktu itu terjadi. Kita bisa seperti menggerakkan film di pikiran kita. Kita bisa mengamati film itu, apa yang kita lakukan, apa yang kita temui, apa yang kita fikirkan, apa yang kiita rasakan.
Rasanya, semuanya harus di tuliskan? Diary adalah menulis, menulis mencerminkan isi hati seseorang (lha, kalau isi hatiku sekarang apa?). tapi, apakah semua harus dituliskan diatas kertas, atau di layar komputer yang kosong?
_________________
Fiuh, terlalu rumit. Aku masih bingung tentang apa yang sekarang sedang aku fikirkan. Aku ingin menulis tentang diary, tapi aku bingung apa yang aku omongkan. Serasa, tulisanku tidak tepat terhadap topik. Aku selalu melebar. Fikiranku tak ingin aku konsisten.
_________________
Perjalanan hidup yang tak sempat tertuliskan.
Pertamanya, aku hanya ingin menuliskan perjalananku. Dan, hampir di setiap perjalanan aku mendapatkan sesuatu yang baru, meskipun itu hanya pulang dan pergi ke sekolah.
Perjalanan yang diri kita di tuntut untuk belajar. Suatu hari, ketika harus mengerjakan tugas, Disana kita harus belajar. Bagaimana caranya kita dapat mengerjakan tugas itu. (mudeng?).
Yang penting menuliskan perjalanan, ada banyak hikmah. Selain kita mendapatkan yang kita fikirkan, kita juga dapat mendulang ke pembaca beberapa pelajaran yang mereka bisa membacanya.
Bahasa itu adalah kebiasaan, dan begitu pula dengan menulis. Ketika kita di tuntut untuk menulis, namun kita tak terbiasa, menulis akan menjadi beban. Serasa punggung kita di jejali gunung uhud. Berat sekali.
Ketika kita terbiasa menuliskan perjalaan, mungkin hidup kita akan semakin indah. Dengan mengetahui kekurangan kita menambahkannya.
Upz, mengurangi kekurangan, kalau tak bisa, ya di tinggalkan. Dan menapaki kelebihan.
Bila kita melihat kepada kelemahan, kita hanya akan terfokus untuk memperbaiki kelemahan tanpa untuk berjuang lebih keras untuk menggapai yang kita inginkan. Tapi, ketika kita melihat kepada kelebihan, kita bisa melihat kepada kekurangan. Dengan melihat kedua duanya, kita akan lebih sedikit, dan mungkin akan banyak kemajuan.
And the writing is a habit. Like the language is habit.
_______________
Sebetulnya, aku ingin curhat, hihi. Kenapa aku melupakan kejadian 2 hari sebelum chreaphoria ya? Dan itulah yang terlupakan dalam benakku untuk segera menuliskannya. Padahal, ketika di sana, aku sangat ingin dengan keinginan yang membara untuk menuliskannya. Aku sudah memikirkan kemungkinan akan berseri seri tanpa tersenyum. He he.
Yah, yuk bernostalgia. Walaupun kejadian telah lama, semoga kita masih dapat mengingat detilnya.